28 April 2022

ARTIKEL:Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

28 April 2022

 

Aksi Nyata Modul 3.1.a.10 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Ahmad Satim (Guru SMAN 1 Sintang)

 

Peristiwa ( Facts )

Seperti yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, bahwa “Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik.  Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu  itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan yang transformational, pasti ada kritik.  Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid?”. Sekolah adalah 'institusi moral' yang dirancang untuk membentuk karakter para warganya. Seorang pemimpin di sekolah tersebut akan menghadapi situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara Etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. 


(Foto : Pembelajaran Masa Pandemi dilakukan full daring)

Pada masa Pandemi Covid -19 juga berdampak terhadap dunia pendidikan terutama proses pembelajaran disekolah, sehingga mengharuskan sekolah untuk melakukan alternative pembelajaran menggunakan model PJJ atau daring dengan berkolaborasi bersama wali murid. Jelas ini sangat berdampak sekali pada cara belajar, sikap, dan motivasi belajar peserta didik yang menurun karena selama melakukan pembelajaran daring saya menggunakan media Ms.Office 365, WA Grup dan Google Classroom. Namun itu semua tetap saja tidak berdampak signifikan terhadap motivasi dan prestasi peserta didik. Setelah sekian waktu, kini proses pembelajaran sudah diberlakukan kembali tatap muka meski dilakukan secara terbatas Pembelajaran Tatam Muka Terbatas (PTMT) dengan kebiasaan baru menggunakan protocol kesehataan. Hal tersebut menjadi Dilema etika dimana saya sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu membuat keputusan yang tepat untuk mngembalikan semangat, motivasi, sikap dan prestasi peserta didik.

Dalam kondisi tersebut tentu mengandung dilema etika dalam proses pengambilan keputusannya. Oleh karena itu, berdasarkan yang saya pahami tentang Paradigma pengambilan Keputusan, situasi yang saya alami adalah Jangka Pendek melawan Jangka Panjang (Short Term vs Long Term). Kemudian prinsip yang saya ambil adalah Berfikir Berbasis Peduli (Care Based Thingking). Saya juga menggunakan 9 (Sembilan) langkah untuk mempertimbangkan bahan pengujian dan pengambilan keputusan. Sehingga keputusan yang diambil adalah sebuah keputusan yang tepat dalam melaksanakan proses pembelajaran dimasa Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT)

 

Perasaan (Feelings)

Sebagai seorang Pemimpin Pembelajaran tentu saya merasa termotivasi untuk selalu melakukan evaluasi, refleksi dan mencari solusi alternative ditengah permasalahan pembelajaran di masa Pandemi yaitu Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT). Keputusan ini suka tidak suka harus dilakukan, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik.

 


(Foto masa Pembelajran Tatap Muka Terbatas (PTMT)


Pembelajaran (Findings)

Dalam proses pembelajaran saya mengajak peserta didik dan seluruh warga sekolah untuk berkolaborasi bersama-sama membangun kembali motivasi, semangat, sikap dan komitmen semua pihak yang selama ini turun akibat Pandemi Covid-19.  Untuk itu perlunya penerapan 4 (empat) Paradigma, 3 (tiga) Prinsip dan 9 (Sembilan) langkah-langkah pada materi modul 3.1 memudahkan saya dalam Pengambilan Keputusan.

 

Penerapan (Future)

Setelah mendapatkan keputusan saya mencoba menerapkan pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik melalui Budaya Positif yang tertuang dalam visi saya yaitu SEHATI (SEMANGAT-HARMONIS-TERTIB-INOVATIF) agar kembali membangkitkan semangat, motivasi dan komitmen semua pihak dalam pembelajaran Pasca Pandemi Covid-19. ebagai langkah konkrit menerapkan Budaya Positif dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila di SMAN 1 Sintang, saya mencoba membuat selogan “SEHATI” yaitu singkatan dari SEmangat, HArmonis, Tertib dan Inovatif dengan rumusan Budaya Positif;

1)   SEMANGAT, Guru dan Siswa selalu BERSEMANGAT dalam peroses pembelajaran dan pendidikan, dengan adanya semangat dan motivasi belajar yang tinggi dari Guru dan Siswa akan memudahkan proses tranformasi ilmu pengatuhan dan bimbingan yang dilaksanakan.

2)   HARMONIS, Terciptanya suasana yang HARMONIS antara guru dan siswa serta seluruh keluarga besar yang ada di sekolah.

3)   TERTIB, Terciptanya KETERTIBAN antara guru dan siswa didalam kelas  dan dilingkungan sekolah pada umumnya.

4)   INOVATIF, Siswa dan Guru BERINOVASI dalam proses pembelajaran, sehingga dapat menciptakan karya inovatif yang dapat berguna bagi dunia pendidikan.


 (Video Penerapan Budaya Positif SEHATI)

Ada dua kebenaran yang ada, adalah benar jika saya menerapkan pembelajaran yang kreatif karena sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

1)       Tapi benar juga jika saya menerapkan budaya positif SEHATI (SEMANGAT-HARMONIS-TERTIB-INOVATIF) dalam upaya menerapkan pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik

2)       Paradigma yang terjadi pada kasus ini adalah Jangka Pendek Melawan Jangka Panjang (Short Term vs Long Term)

3)       Prinsip yang diambil adalah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

4)       Yang terlibat dalam situasi ini yaitu saya selaku pemimpin pembelajaran, peserta didik, rekan sejawat, Kepala Sekolah dan warga sekolah lainnya.

 

Show comments